30.8 C
Pandeglang

Percepatan Inklusi Keuangan Digital, Mahasiswa KKN Tematik QRIS UIN SMH Banten Gencarkan Penggunaan QRIS di Kecamatan Ciruas

Published:

Serang, tirasbanten.id Mahasiswa KKN Tematik QRIS UIN SMH Banten bersama Bank Indonesia terus menggencarkan edukasi dan implementasi penggunaan QRIS (Quick Response Code Indonesian Standard) di kalangan pelaku UMKM di wilayah Kecamatan Ciruas, Kabupaten Serang. Program ini bertujuan mendorong percepatan inklusi keuangan digital, khususnya di lingkungan masyarakat desa, dengan fokus utama menyasar pelaku usaha mikro seperti pedagang gerobakan, warung kelontong, toko sembako, hingga usaha rumahan.

Dalam pelaksanaan program KKN Tematik QRIS, Kelompok 7 ditempatkan di delapan desa, yaitu Kadikaran, Bumijaya, Gosara, Pelawad, Ranjeng, Pulo, Citeureup, dan Kaserangan. Setiap desa memiliki karakteristik sosial ekonomi yang berbeda sehingga menimbulkan tantangan tersendiri dalam proses sosialisasi dan edukasi QRIS.

Sebagian masyarakat di beberapa desa memiliki tingkat literasi digital yang sudah cukup baik. Hal ini ditandai dengan adanya pemahaman dasar tentang transaksi non-tunai serta penggunaan aplikasi digital. Namun, tidak sedikit pula desa yang masih minim literasi digital, bahkan menganggap QRIS sulit diakses dan tidak relevan dengan kondisi desa karena mayoritas transaksi sehari-hari masih menggunakan uang tunai.

Permasalahan yang sering ditemukan di lapangan adalah adanya anggapan dari sebagian masyarakat bahwa penggunaan QRIS tidak diperlukan di lingkungan desa. Mereka berpendapat bahwa konsumen di desa cenderung memilih pembayaran tunai karena dianggap lebih mudah dan cepat. Selain itu, keterbatasan akses internet dan fasilitas teknologi juga menjadi tantangan yang kerap dihadapi oleh pelaku usaha di daerah tersebut.

Namun, tantangan tersebut tidak menyurutkan semangat mahasiswa KKN Tematik QRIS untuk terus mengedukasi masyarakat. Mahasiswa melakukan pendekatan yang aktif dan komunikatif dengan mendatangi langsung para pelaku UMKM di tempat usaha mereka. Mahasiswa memberikan pemahaman mendalam tentang pengertian QRIS, tata cara penggunaannya, serta berbagai manfaat dan keuntungan yang bisa dirasakan oleh pelaku usaha jika menggunakan metode pembayaran QRIS.

Melalui rangkaian edukasi yang dilakukan secara masif, mahasiswa KKN Tematik QRIS telah berhasil mengajak para pelaku UMKM di Kecamatan Ciruas untuk mulai menggunakan QRIS sebagai metode pembayaran. Antusiasme pelaku UMKM perlahan meningkat setelah mendapatkan pendampingan secara langsung, terutama setelah merasakan sendiri kemudahan penggunaan QRIS dalam transaksi harian mereka.

Proses edukasi dilakukan secara intensif dan menyeluruh, mulai dari mengenalkan QRIS sebagai sistem pembayaran non-tunai yang mudah, cepat, dan aman, hingga mempraktikkan secara langsung bagaimana cara mengakses dan menggunakan QRIS melalui aplikasi dompet digital. Mahasiswa juga menyosialisasikan keuntungan lain seperti mengurangi risiko kehilangan uang tunai, mempercepat proses transaksi tanpa perlu memberikan uang kembalian, serta dapat meningkatkan kepercayaan pelanggan yang kini lebih banyak membawa e-wallet dibandingkan uang tunai.

Selain menyasar warung dan pedagang toko, mahasiswa juga menjangkau pedagang kaki lima seperti penjual makanan gerobakan, jajanan pasar, hingga UMKM yang berjualan keliling. Mahasiswa memberikan pendampingan langsung mulai dari proses pendaftaran QRIS, aktivasi melalui PJSP (Penyelenggara Jasa Sistem Pembayaran) hingga praktik transaksi dengan QRIS.

Hasil dari kegiatan KKN Tematik QRIS menunjukkan adanya peningkatan signifikan minat dari UMKM untuk menggunakan QRIS. Meskipun pada awalnya banyak pelaku usaha yang ragu dan tidak percaya diri menggunakan layanan digital, setelah melalui proses edukasi yang dilakukan secara intensif, mayoritas pelaku UMKM akhirnya bersedia mencoba dan mengaktifkan QRIS di tempat usahanya. Hal ini menjadi capaian positif karena selain memberikan dampak langsung terhadap kemudahan transaksi, kegiatan ini juga turut meningkatkan literasi keuangan digital di masyarakat pedesaan.

Pelaksanaan program ini tidak hanya terbatas pada proses sosialisasi QRIS, tetapi juga memberikan pemahaman lebih luas mengenai pentingnya pengelolaan keuangan usaha secara modern. Mahasiswa turut menyampaikan informasi mengenai keuntungan memiliki rekening bank, pentingnya pencatatan penjualan, serta bagaimana transaksi digital dapat membantu pelaku usaha lebih transparan dan rapi dalam pengelolaan keuangan.

Dalam jangka panjang, mahasiswa berharap edukasi ini dapat mengubah pola pikir masyarakat desa terhadap transaksi digital. Dengan adanya akses pembayaran non-tunai, pelaku usaha tidak hanya mempermudah pelanggan dalam bertransaksi, tetapi juga membuka peluang untuk memperluas target pasar, termasuk kalangan generasi muda yang sudah terbiasa menggunakan pembayaran digital.

Selain memberikan manfaat bagi UMKM, penggunaan QRIS juga mendukung program pemerintah dalam menciptakan ekosistem pembayaran yang efisien, transparan, serta mempercepat target 90% inklusi keuangan nasional. Mahasiswa KKN Tematik QRIS berperan langsung sebagai agen perubahan, membuktikan bahwa edukasi dari pintu ke pintu masih sangat dibutuhkan di lingkungan pedesaan.

Dengan adanya sinergi antara kampus, regulator, dan masyarakat, percepatan transformasi ekonomi digital di tingkat desa dapat terwujud. Program KKN Tematik QRIS bukan hanya sekadar program sementara, melainkan langkah awal menuju masyarakat desa yang lebih melek teknologi, adaptif terhadap perubahan zaman, dan lebih sejahtera secara ekonomi. (Ham/Red)

Artikel terkait

Artikel terkait