26.4 C
Pandeglang

Bedah Buku ‘Legasi Maulana Hasanuddin Banten’: Jejak Peradaban Islam di Barat Pulau Jawa

Published:

Oleh: Aceng Murtado
(Peneliti Badan Riset dan Inovasi Mathla’ul Anwar)

Pendahuluan

Buku Legasi Maulana Hasanuddin Banten yang saya terima langsung dari Bapak Asep Rohmatulloh, S.Fil., M.M., Direktur Badan Riset dan Inovasi Mathla’ul Anwar (BRIMA), merupakan karya monumental yang mengangkat figur Maulana Hasanuddin bukan sekadar sebagai pendiri Kesultanan Banten, tetapi sebagai pilar utama dalam transformasi peradaban Islam di barat Pulau Jawa. Ditulis oleh Prof. Mufti Ali bersama tim penulis lainnya, buku ini disusun dengan pendekatan multidisipliner dan sangat visual, menjadikannya menarik serta mudah dipahami oleh berbagai kalangan pembaca.

Keistimewaan buku ini tidak hanya terletak pada isi, tetapi juga pada cara penyajiannya. Hampir di setiap halaman, pembaca disuguhi ilustrasi dan foto yang memperkuat narasi, menjadikan pengalaman membaca menjadi imajinatif dan tidak membosankan.

Rencananya, buku ini akan diluncurkan secara resmi dan dibedah oleh para pakar pada Kamis, 15 Mei 2025 di Aula DPUPR Provinsi Banten. Hadir dalam acara tersebut antara lain Prof. Mufti Ali, M.A., Ph.D. (penulis utama), Dr. Moh. Ali Fadila, DEA (arkeolog/sejarawan), Prof. Dr. Asvi Warman Adam (sejarawan), Wahyu Arya (moderator dari kalangan jurnalis Banten), dan Andra Soni, S.M., M.A.P. (Gubernur Banten, sebagai keynote speaker).

Acara ini terbuka untuk umum dan menjadi momen penting dalam memperkuat narasi sejarah Islam lokal.

Bab I: Geohistoria Banten

Bab pembuka buku ini menekankan pentingnya memahami kondisi geografis dan ekologis Banten sebelum menelaah sejarahnya. Dari gunung purba Krakatau hingga lembah dan sungai besar, wilayah ini memiliki posisi strategis sejak lama. Temuan tradisi kubur tempayan menunjukkan adanya peradaban lokal yang kuat jauh sebelum pengaruh Hindu-Buddha maupun Islam datang ke Banten.

Bab II: Zaman Kuno

Pada masa sebelum Islam, Banten merupakan bagian dari Tatar Sunda dan berakar pada Kerajaan Pajajaran. Bab ini menampilkan bagaimana pengaruh Tarumanegara, Sriwijaya, hingga Majapahit sempat membentuk struktur sosial dan ekonomi masyarakat Banten. Masuknya diaspora dari Jawa Timur menjelang keruntuhan Majapahit membawa unsur baru berupa nilai-nilai Islam, teknologi pertanian, dan struktur sosial yang berpadu dengan adat lokal Sunda.

Bab III: Kebangkitan Banten

Transformasi Banten sebagai kerajaan Islam bermula dari Wahanten Girang, wilayah yang kemudian menjadi pusat kekuatan baru. Maulana Hasanuddin, putra Sunan Gunung Jati, berperan besar dalam pendirian Kesultanan Banten abad ke-16. Ia tidak hanya membangun kekuasaan politik, tetapi juga mengintegrasikan dakwah, perdagangan, dan spiritualitas sebagai bagian dari strategi besar peradaban. Kesultanan Banten menjadi kekuatan Islam yang inklusif dan adaptif terhadap tradisi lokal.

Bab IV: Tapak Karya

Inilah bab yang memperlihatkan pencapaian gemilang Kesultanan Banten. Pusat perdagangan internasional, pembangunan Masjid Agung Banten, sistem pertahanan melalui benteng, serta pemerintahan yang terorganisasi menjadi bukti bahwa Kesultanan Banten adalah negara maritim modern pada zamannya. Warisan Maulana Hasanuddin tak hanya hadir dalam bentuk bangunan dan institusi, tapi juga dalam jaringan pesantren dan struktur masyarakat Islam yang kuat dan berkarakter.

Penutup

Buku ini tidak hanya menuturkan kisah sejarah, tetapi juga menyampaikan refleksi mendalam tentang hubungan antara kekuasaan, agama, budaya, dan ekologi. Pendekatan geohistoris, arkeologis, dan sufistik yang digunakan oleh Prof. Mufti Ali dan tim berhasil menyusun mosaik sejarah Banten yang utuh dan kontekstual. Legasi Maulana Hasanuddin Banten adalah referensi penting bagi siapa saja yang ingin memahami Islam di Nusantara, sekaligus menjadi inspirasi dalam membangun peradaban masa kini yang berbasis pada kearifan lokal dan visi spiritual yang mendalam. (Jee/Red)

Artikel terkait

Artikel terkait