Oleh: Aceng Murtado (Peneliti Badan Riset dan Inovasi Mathla’ul Anwar sekaligus Alumni UIN SMH BANTEN)
Dalam suasana pendidikan tinggi keislaman yang terus bergerak mengikuti arus zaman, sosok Prof. Dr. H. Mufti Ali, Ph.D. tampil sebagai figur akademik yang konsisten menjaga jati diri kampus sebagai rumah ilmu dan nilai. Ia bukan hanya seorang cendekiawan, melainkan juga seorang penggerak perubahan yang tenang namun berdampak besar.
Kini, saat proses pemilihan rektor UIN Sultan Maulana Hasanuddin Banten tengah berlangsung, banyak mata tertuju kepada Prof. Mufti Ali. Bukan karena pencitraan, tetapi karena rekam jejak panjangnya yang telah berbicara sendiri, dari ruang kuliah, ruang riset, hingga forum-forum pengembangan SDM di tingkat daerah dan nasional.
Komitmen Ilmu dan Integritas dengan Jejak Keilmuan yang Konsisten
Lahir dan dibesarkan di Banten, Prof. Mufti Ali tumbuh dalam lingkungan yang menekankan pentingnya ilmu dan adab. Setelah menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Syariah IAIN Serang, ia menempuh pendidikan lanjut hingga S3 di Universitas Leiden, Belanda, dengan konsentrasi pada studi Islam klasik dan manuskrip Nusantara.
Ia bukan sekadar menuntut ilmu, tetapi juga menyumbangkan pemikiran penting dalam khazanah keilmuan Islam. Karyanya, baik dalam bentuk buku maupun artikel ilmiah, mengukuhkan posisinya sebagai cendekiawan Muslim yang tidak tercerabut dari akar lokal, tetapi mampu menyampaikan nilai-nilai Islam ke dalam diskursus global. Salah satu buah tangan terbarunya adalah buku *Legasi Maulana Hasanuddin Banten*, sebuah karya yang memperlihatkan kemampuan beliau mengaitkan sejarah lokal Banten dengan konstruksi keilmuan Islam yang mendalam.
Mendorong SDM Banten Naik Kelas, dari Kampus ke Forum Strategis Daerah
Sebagai Wakil Rektor I UIN SMH Banten, Prof. Mufti Ali tidak hanya membangun atmosfer akademik di kampus, tetapi juga terlibat aktif dalam pengembangan kebijakan pendidikan tingkat Provinsi Banten. Salah satu bentuk konkret peran itu adalah keterlibatannya sebagai Ketua Forum Kajian Gedung Negara (FKGN) Provinsi Banten, yang diinisiasi bersama Gubernur Banten, Andra Soni.
Forum ini menjadi ruang strategis untuk menghimpun ide, masukan, dan sinergi dari pimpinan perguruan tinggi, ormas keagamaan, dan pemangku kepentingan lainnya, terutama dalam mendorong partisipasi generasi muda Banten dalam program beasiswa nasional seperti LPDP.
Melalui FKGN, Prof. Mufti Ali mengangkat isu rendahnya partisipasi penerima LPDP dari Banten sebagai tantangan yang harus dijawab bersama. Ia mendorong terbentuknya komunitas alumni beasiswa untuk mendampingi calon-calon penerima baru, dan meminta perhatian khusus dari Pemprov Banten dalam penguatan SDM daerah berbasis potensi.
Kepemimpinan Akademik yang Visioner dan Humanis
Sebagai calon rektor, Prof. Mufti Ali menghadirkan pendekatan kepemimpinan yang berbasis keilmuan, kolaborasi, dan pembinaan SDM. Ia tidak membangun jarak dengan sivitas akademika, tetapi hadir sebagai mitra dialog, pembangun riset, dan pembina moral keilmuan.
Visinya bukan sekadar menjadikan UIN SMH Banten berkelas nasional atau internasional dalam formalitas, tetapi mewujudkan kampus yang melahirkan pemikir unggul dan insan berintegritas. Ia ingin memperkuat kultur akademik, memperluas akses riset, serta menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan dosen, mahasiswa, dan tenaga kependidikan.
Menyambut Masa Depan UIN SMH Banten dengan Ketenangan Ilmu
Dalam dinamika kampus yang terus berkembang, UIN SMH Banten membutuhkan sosok yang mampu menjaga keseimbangan antara modernitas dan moralitas, antara transformasi dan tradisi, antara kemajuan dan kebijaksanaan. Prof. Mufti Ali diharapkan membawa semua itu dalam dirinya: akademisi, organisator, peneliti, dan penggerak nilai.
Pilihan pada Prof. Mufti Ali sebagai rektor bukan hanya pilihan pada individu, tetapi pilihan pada arah. Arah kampus yang lebih kokoh dalam ilmu, lebih kuat dalam SDM, dan lebih bersuara di tingkat nasional dan global tanpa kehilangan akar lokalnya.
UIN SMH Banten layak memiliki pemimpin yang tidak hanya membangun kampus secara fisik, tetapi juga secara ilmiah, moral, dan spiritual. Dan Prof. Mufti Ali adalah figur yang layak untuk itu. (Jee/Red)